BLANTERVIO104

Pengertian ilmu pengetahuan, Ciri-cirinya, Persamaan dan Perbedaannya dengan Agama dan Filsafat.

Pengertian ilmu pengetahuan, Ciri-cirinya, Persamaan dan Perbedaannya dengan Agama dan Filsafat.
Sabtu, 28 Oktober 2023

Pendahuluan

Pengertian ilmu merujuk pada segala proses kegiatan yang ditujukan untuk menghadapi situasi atau kondisi tertentu dengan menggunakan berbagai alat, metode, dan prosedur. Hasil dari proses ini adalah terciptanya pengetahuan baru yang bermanfaat bagi manusia.

Seseorang yang berilmu adalah individu yang memiliki pemahaman, pengetahuan, dasar, serta batasan ilmu sesuai dengan cara yang ditempuhnya untuk memperoleh pengetahuan.

Pengertian ilmu secara umum adalah sebagai salah satu bidang pengetahuan yang dipelajari untuk memperoleh wawasan baru. Contohnya, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan bidang lainnya. Dalam artikel ini, kami akan mengulas definisi ilmu, termasuk definisi umum, pandangan para ahli, serta perspektif dari sudut pandang agama.

Artikel ini juga akan membahas ciri-ciri suatu disiplin ilmu dan berbagai cabang ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh manusia. Silakan simak penjelasan lengkapnya dalam artikel ini, Sahabat Abibaniazam! 

Pengertian Ilmu Pengetahuan Secara Umum

Pemahaman tentang ilmu pengetahuan, jika diterjemahkan secara terpisah, merujuk pada dasar pengetahuan. Kata "ilmu" berasal dari bahasa Arab "علم" yang berarti pengetahuan. Menurut Oxford Dictionary, ilmu merujuk pada proses berpikir yang melibatkan struktur, sistematika, dan perilaku.

Dari perspektif kamus bahasa Indonesia, ilmu diartikan sebagai pengetahuan dalam bidang tertentu, disajikan secara sistematis. Secara holistik, ilmu adalah gabungan pengetahuan yang bersandar pada teori dan sumber yang telah disepakati bersama.

Dalam esensinya, saat ilmu dan pengetahuan digabungkan, ilmu dapat disimpulkan sebagai upaya meneliti, menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman. Semua ini dilakukan dengan tujuan memberikan pemahaman kepada para pencari ilmu atau pembaca untuk memenuhi kebutuhan manusia akan pengetahuan.

Dengan berbagai sudut pandang yang berbeda, ilmu pengetahuan terbentuk, tetapi memiliki sifat yang sama, yaitu memberikan pengetahuan, pengalaman, dan informasi bagi para peneliti ilmu itu sendiri.

Pengertian global tentang ilmu pengetahuan mengacu pada beragam pengetahuan yang dibuat secara sistematis dan metodis. Tujuannya adalah mencapai pemahaman yang akurat, dapat dipercaya, dan bersifat universal.

Dengan demikian, ilmu pengetahuan bersifat universal, terbuka, dan menjadi solusi bagi berbagai masalah yang dihadapi, serta memiliki sifat yang inklusif.

Ilmu Perspektif Islam

Ilmu memiliki asal-usulnya dari bahasa Arab, berasal dari kata "علم" yang mengandung arti pengetahuan. Orangnya dinamakan "عالم". Secara konseptual, ilmu merupakan suatu pengetahuan yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada manusia. Pengetahuan ini diperoleh melalui proses belajar, seperti membaca, menulis, dan memahami konsep-konsep tertentu.

Dalam ajaran Islam, memperoleh pengetahuan dianggap sebagai suatu kewajiban yang harus dimulai sejak usia dini. Penting untuk memperkenalkan konsep-konsep dasar dan prinsip tauhid kepada anak-anak sejak dini, yang kemudian akan membuka jalan bagi pembelajaran ilmu yang lebih luas sepanjang kehidupan mereka ketika dewasa.

العلم فى الصغر كالنقش على الحجر

اطلب العلم من المهد إلى اللحد

Dalil-dalil Menuntut Ilmu

  • Al-Mujadalah 11 :

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ

Artinya : “Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

[QS. Al-Mujadalah : 11].

Thaha 114

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

Artinya : “Dan katakanlah (wahai Nabi Muhammad) tambahkanlah ilmu kepadaku.” [QS. Thaha’ : 114].

Keutamaan Menuntut Ilmu Menurut Islam

Pendidikan dan pengetahuan memiliki peran penting dalam ajaran Islam. Menuntut ilmu dianggap sebagai suatu perintah yang mulia dan memberikan keutamaan tersendiri dalam kehidupan seorang Muslim. Islam mendorong umatnya untuk terus belajar dan meningkatkan pengetahuan mereka sepanjang hidup. Dalam ajaran Islam, menuntut ilmu memiliki beberapa keutamaan yang sangat dihargai.

 1. **Perintah Agung**

Allah SWT dalam Al-Quran secara jelas mendorong umatnya untuk menuntut ilmu. Firman-Nya dalam Surah Al-Mujadalah (58:11) menyatakan, "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." Ayat ini menegaskan bahwa menuntut ilmu adalah suatu kewajiban yang mulia bagi umat Muslim. Sebagaimana dijelaskan di atas.

2. **Menghargai Ilmu Pengetahuan**

Nabi Muhammad SAW juga memberikan penekanan kuat terhadap pentingnya pengetahuan. Beliau bersabda, "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim." Pesan ini menegaskan bahwa pengetahuan adalah suatu hal yang harus dikejar dan dipelajari dengan tekun oleh setiap Muslim.

3. **Perjalanan Menuju Kebenaran**

Menuntut ilmu dalam Islam dipandang sebagai perjalanan menuju kebenaran. Al-Quran ditekankan sebagai sumber utama pengetahuan, dan Allah mendorong manusia untuk merenungkan isinya guna mendapatkan pemahaman yang lebih dalam. Dengan pengetahuan yang diperoleh, seseorang dapat lebih mendekati kebenaran dan memahami kehendak-Nya.

4. **Meningkatkan Kualitas Hidup**

Ilmu pengetahuan dalam Islam tidak hanya merujuk pada pengetahuan agama, tetapi juga termasuk ilmu dunia, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, kedokteran, dan lainnya. Menuntut ilmu untuk memahami aspek dunia juga dianggap sebagai ibadah. Hal ini memungkinkan umat Muslim untuk hidup lebih bermakna, memberikan manfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.

5. **Meraih Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat**

Pencarian ilmu dalam Islam dianggap sebagai investasi untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pengetahuan yang diperoleh dengan tujuan baik, seperti untuk kebaikan diri sendiri dan umat, akan menjadi amal jariyah, yaitu amal kebaikan yang terus mengalir meski seseorang sudah meninggal dunia.

6. **Memudahkan Jalan Menuju Syurga**

Seseorang yang memiliki pengetahuan dan secara konsisten mencari ilmu pasti akan mendapat balasan yang baik dan berharga dari Allah Ta'ala. Hal ini termasuk pahala, kebijaksanaan, rahmat, dan janji surga-Nya.

Seperti yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: 

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ.

"Barangsiapa menjalani perjalanan untuk memperoleh pengetahuan, maka Allah akan mempermudah jalannya menuju Surga." [HR. Muslim].

Pentingnya ilmu sangat dijunjung tinggi dalam ajaran Islam dan diwajibkan untuk menuntut ilmu. 

Menuntut ilmu dalam Islam bukan hanya sekadar tugas atau kewajiban, tetapi juga merupakan jalan menuju keberkahan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Dengan memperoleh pengetahuan, seseorang dapat lebih baik memahami agamanya, mendukung kemajuan dalam berbagai bidang, serta memberikan manfaat bagi masyarakat. Keutamaan menuntut ilmu dalam Islam menjadi landasan kuat bagi umatnya untuk terus belajar, memperluas pengetahuan, dan menggali kebenaran yang semakin mendalam.

**Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan**

Ilmu pengetahuan merupakan tonggak utama dalam perkembangan manusia. Hal ini tidak hanya memungkinkan pemahaman terhadap dunia di sekitar kita, namun juga memberikan dasar bagi terobosan teknologi, pemecahan masalah, dan kemajuan dalam segala bidang kehidupan. Ciri-ciri khas ilmu pengetahuan membedakannya dari jenis pengetahuan lainnya. Berikut adalah sejumlah ciri yang melekat pada ilmu pengetahuan:

1. **Empiris (Berdasarkan Pengamatan dan Eksperimen)**:

Ilmu pengetahuan bertumpu pada data empiris, yakni informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan eksperimen. Berdasarkan fakta-fakta yang dapat diamati, diukur, dan diuji, ilmu pengetahuan membangun teori, hukum, dan prediksi yang dapat diverifikasi.

2. **Objektivitas (Tujuan dan Metode Objektif)**:

Tujuan ilmu pengetahuan adalah mencari kebenaran yang bersifat universal. Metodenya didasarkan pada keobjektifan, menghilangkan pengaruh pandangan atau kepercayaan pribadi. Ini memungkinkan pengetahuan ilmiah untuk menjadi independen dari penilaian subjektif.

3. **Sistematik (Terstruktur dan Terorganisir)**:

Ilmu pengetahuan bersifat sistematik dan terstruktur. Pengetahuan dikategorikan, diatur, dan dijelaskan secara terorganisir sehingga dapat diakses, dipahami, dan digunakan dengan lebih efektif.

4. **Verifikasi dan Replikasi**:

Hasil ilmiah harus dapat diverifikasi dan direplikasi oleh peneliti lain dengan menggunakan metode yang sama. Proses ini memastikan kehandalan dan validitas informasi yang dihasilkan.

5. **Falsifikasi dan Kritisisme**:

Ilmu pengetahuan juga mendasarkan diri pada falsifikasi, yaitu kemampuan untuk menolak atau menemukan kelemahan dalam suatu teori. Pendekatan kritis dan skeptis digunakan untuk menguji validitas dan keandalan informasi.

6. **Teoritis dan Praktis**:

Ilmu pengetahuan tidak hanya teoretis, melainkan juga praktis. Ini berarti pengetahuan yang diperoleh harus dapat diterapkan dalam konteks kehidupan nyata, baik untuk inovasi teknologi, pemecahan masalah, maupun untuk memperbaiki kualitas hidup manusia.

7. **Pengembangan Berkelanjutan**:

Ilmu pengetahuan merupakan upaya terus menerus. Pengetahuan baru selalu dikembangkan, diperbarui, dan diperluas berdasarkan temuan dan penemuan baru.

Menerapkan ciri-ciri ini memungkinkan ilmu pengetahuan untuk menjadi fondasi yang kokoh bagi pemahaman kita terhadap dunia dan memungkinkan terobosan-terobosan yang mendorong peradaban manusia ke arah yang lebih maju. Dengan prinsip-prinsip yang kuat dan metode yang teruji, ilmu pengetahuan memainkan peran krusial dalam pembentukan pengetahuan manusia yang berkualitas serta memberikan pandangan yang lebih mendalam tentang alam semesta ini.

**Persamaan Antara Ilmu Pengetahuan, Agama, dan Filsafat:**

1. **Pencarian Kebenaran**: Tiga bidang ini pada dasarnya terlibat dalam upaya mencari kebenaran. Meskipun melalui cara yang berbeda, tujuan utama dari ilmu pengetahuan, agama, dan filsafat adalah mencari pemahaman yang lebih dalam tentang realitas dan keberadaan.

2. **Pemisahan Antara Kebenaran dan Ketidakpastian**: Ketiganya juga mempertimbangkan perbedaan antara apa yang diketahui dan apa yang masih bersifat spekulatif atau belum terbukti. Ilmu pengetahuan menggunakan pendekatan empiris, sementara agama dan filsafat sering kali bergantung pada keyakinan dan pertimbangan spekulatif.

**Perbedaan Antara Ilmu Pengetahuan, Agama, dan Filsafat:**

1. **Metode dan Pendekatan**: Ilmu pengetahuan bersandar pada metode ilmiah yang terstruktur, empiris, dan teruji untuk memperoleh pengetahuan yang dapat diverifikasi. Di sisi lain, agama menggunakan keyakinan, ajaran, dan otoritas keagamaan sebagai landasan, sementara filsafat menekankan penalaran dan logika sebagai metode utamanya.

2. **Sifat Pengetahuan**: Ilmu pengetahuan berfokus pada pengetahuan empiris dan obyektif, yang dapat diukur, diamati, dan diuji. Sementara itu, agama cenderung terutama pada aspek spiritual, kepercayaan, nilai-nilai moral, dan kebenaran yang diberikan secara otoritatif. Filsafat, di sisi lain, mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan filosofis yang lebih luas dan abstrak mengenai realitas dan makna kehidupan.

3. **Tujuan dan Ruang Lingkup**: Tujuan ilmu pengetahuan adalah pemahaman objektif tentang dunia fisik dan penemuan prinsip-prinsip universal. Agama bertujuan untuk memperkuat keyakinan spiritual, moral, dan nilai-nilai yang bersifat transendental. Filsafat fokus pada pemahaman yang lebih mendalam mengenai alam semesta dan makna di baliknya.

Ketiga bidang ini berkontribusi dalam membentuk pemahaman manusia tentang dunia dan eksistensinya. Ilmu pengetahuan memberikan dasar pengetahuan empiris, agama memberikan landasan moral dan spiritualitas, sementara filsafat memberikan wawasan yang mendalam terhadap pertanyaan-pertanyaan filosofis yang lebih luas. Meskipun berbeda dalam pendekatan dan fokus, mereka saling melengkapi dalam menawarkan sudut pandang yang beragam terhadap kehidupan dan alam semesta.

Menelisik Ilmuwan Muslim Masa Lalu

Para ilmuwan dari dunia Barat yang mengkaji sejarah tentu memahami bahwa pada masa lalu, umat Islam pernah mengalami kejayaan dalam memimpin berbagai bangsa di muka bumi. Kejayaan ini terlihat dalam kemajuan peradaban, terutama dalam bidang sains, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Banyak ilmuwan Islam dari masa lalu berhasil meletakkan dasar-dasar ilmu baru yang kemudian diadopsi dan dikembangkan lebih lanjut oleh ilmuwan Barat.

Contoh jasa dari ilmuwan Islam seperti Ibnu Sina (Avicenna) dalam ilmu kedokteran modern, Ibnu Rushd (Averroes), al Biruni, Jabir Ibnu Hayyan (Ibnu Geber), Ibnu Ismail al Jazari penemu ilmu robot modern, al Mawsili dalam musik klasik, al Ghazali dalam tafsir, fiqih, filsafat, dan akhlak, serta Ibnu Haitham dalam ilmu optik. Kontribusi-kontribusi mereka menjadi fondasi bagi pengembangan ilmu modern seperti yang kita rasakan saat ini.

Meskipun keberhasilan ilmuwan Islam dalam masa lampau sangat luar biasa, informasi mengenai prestasi mereka sering kali tidak dipublikasikan secara luas, terutama kepada umat Islam sendiri. Banyaknya publikasi dan propaganda Barat membuat kesuksesan ilmuwan Islam terkalahkan oleh sorotan yang lebih besar, sehingga sebagian besar umat Islam kurang mengenal pencapaian para ilmuwan tersebut.

Menariknya, masa kecil para ilmuwan besar tersebut tidak terlepas dari pendidikan agama. Mereka terbiasa dengan al-Quran sejak usia dini, bahkan banyak di antara mereka menghafal al-Quran sejak kecil. Kemampuan dalam bahasa Arab dan pemahaman mendalam terhadap ajaran Islam dari al-Quran dan Hadis memacu semangat mereka untuk meneliti berbagai objek kajian. Kekuatan spiritualitas mereka, yang berasal dari pengetahuan agama sejak dini, membimbing pemikiran rasional dan emosi mereka dalam menghasilkan karya spektakuler.

Umumnya, para ilmuwan Islam mulai mempelajari ilmu setelah memahami ayat-ayat al-Quran dan melakukan riset yang mendalam untuk memahami ayat-ayat kekuasaan Allah di alam semesta. Gabungan pemahaman dari ayat-ayat al-Quran (qawliyyah) dan ayat-ayat alam semesta (kauniyyah) membawa mereka pada pencapaian yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan. Ini menunjukkan bahwa keberhasilan dalam memahami ajaran agama sejak dini menjadi kunci utama bagi kemajuan ilmu pengetahuan di dunia ini.

Para ilmuwan Islam tersebut sangat disiplin, tekun, dan gigih dalam mengejar ilmu melalui al-Quran dan Hadis. Mereka tidak pernah melepaskan kajian pada al-Quran, selalu berusaha untuk meningkatkan pemahaman dari ayat-ayat tersebut. Ketertarikan mereka kemudian berkembang pada ayat-ayat al-Quran yang menggambarkan alam semesta, sehingga mereka melakukan refleksi, uji coba, penyelidikan, dan pemahaman yang lebih mendalam dari apa yang mereka kaji. Semangat mereka tak lain berasal dari hati yang tercerahkan setelah mengabdikan diri secara serius terhadap ayat-ayat al-Quran, sembari berharap mendapatkan keberkahan dari usaha yang mereka lakukan atas petunjuk dari Allah SWT.

Perjalanan kehidupan dan kemajuan para ilmuwan besar ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman agama sejak dini dalam pengembangan keilmuan. Melalui kajian al-Quran dan Hadis, para ilmuwan Islam berhasil menciptakan dasar bagi kemajuan ilmu pengetahuan yang telah dirasakan hingga saat ini. Dengan mempelajari cara ilmuwan Islam menggabungkan ilmu dengan ajaran agama sejak dini, kita sebagai umat Islam dapat belajar untuk mencapai masa depan yang lebih baik.{}

Share This Article :
M. Abdun Jamil, M.Pd

Saya adalah seorang peminat designer blog/website, maklum masih tahap belajar. Seorang designer blog membutuhkan proses yang panjang, butuh ketelitian, kesabaran, keuletan dan yang pasti jangan menyerah, do the best.

Tambah Komentar

5784226817459633728